Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Tiongkok: Memperjuangkan Kepentingan Nasional Di Tengah Ketidakseimbangan Kekuatan
Abstract
ABSTRAK
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji arah politik luar negeri Indonesia terhadap Tiongkok di masa Reformasi. Seperti diketahui bahwa hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok yang sudah berlangsung sejak dekade 1950-an mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika politik dalam negeri masing-masing negara. Sesuatu yang menggembirakan bahwa di era Reformasi ini kerja sama bilateral tersebut semakin meningkat khususnya dibidang politik dan ekonomi. Hanya saja yang menjadi masalah bahwa kerja sama ini dihadapan kepada kondisi ketidakseimbangan (asymmetric power relations) yang berpengaruh terhadap posisi tawar (bargaining position) masing-masing negara dalam memperjuangankan kepentingan nasionalnya. Tiongkok sebagai negara dengan kekuatan nasional (nasional power) yang lebih besar akan lebih mudah dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya dibanding dengan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan nasional lebih kecil. Untuk mengimbangi hal itu, posisi Indonesia sebagai negara kekuatan menengah (middle power) bisa menjadi insturmen strategi dalam menghadapi Tiongkok. Keberadaan  sebagai kekuatan menengah didasarkan pada pada sejumlah indentifikasi yaitu kapasitas yang dimiliki dan perilaku politiknya dalam hubungan internasional sebagai inisiator diplomatik dalam mewujudkan stabilitas/keamanan dan perdamaian di kawasan. Akhirnya, sebagai penutup bahwa tulisan ini diharapkan akan memberi masukan terhadap arah politik luar negeri Indonesia terhadap Tiongkok sehingga lebih memiliki posisi tawar dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya terhadap Tiongkok di tengah-tengah ketidak seimbangan kekuatan tersebut.
Kata kunci: Politik luar negeri, ketidakseimbangan kekuatan, kepentingan nasional
Full Text:
PDFReferences
Djafar, Zainuddin. Rethinking the Indonesian Crisis. Bandung: Pustaka Jaya, 2006.
Gilley, Bruce, and Andrew O’Neil. “China’s Rise Through the Prism of Middle Powersâ€. Dalam Bruce Gilley and Andrew O’Neil (eds.), Middle Powers and the Rise of China. Washington DC: Georgetown University Press, 2014.
Handel, Michael I. “Weak States in the International Systemâ€. London: Taylor and Francis, 1990.
Luki, Svetlana Durdevic. Bringing The State Back: Strong versus Weak States, 2006. http://www.diplomacy.bg.ac.rs/mpro_sa06_1-2.htm#_ftn21. Diunduh 27 Maret 2015.
Hong, Zhao. “China-Indonesia Economic Relations: Challenges and Prospectsâ€. ISEAS Perspective 42. Singapore: ISEAS (July 4, 2013).
Beasley, Ryan K. Juliet Kaarbo, Jeffrey S. Lantis, Michael T. Snarr (ed.), Foreign Policy in Comparative Perspective: Domestic and International Influences on State Behavior. United Kingdom: CQ Press, 2014.
Keohane, Robert O. “Lilliputians’s Dillemas: Small States in International Politicsâ€. International Organization. Vol 23 Issue 02 (Spring, 1969).
Keppres Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/PRES.KAB/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang penggantian istilah Tionghoa/Tiongkok menjadi Tjina.
Lobell, Steven E., Neal G. Jesse, and Kristen P. Williams. “Why Secondary States Choose to Support, Follow or Challengeâ€. International Politics. Vol 52 No 2 (2005).
Mares, David R. “Middle Powers under Regional Hegemony: To Challenge or Acquiesce in Hegemonic Enforcementâ€. International Studies Quarterly. Vol 32 No 4 (December, 1988).
Wuryandari, Ganewati (ed.), Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Refbacks
- There are currently no refbacks.